TOPIK : MENGUJI
KANDUNGAN ABU HASIL PEMBAKARAN
![Picture1.png](file:///C:\DOCUME~1\global\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image002.gif)
Oleh :
Nama : Rona
Meifilani
Nim : ACC
112 023
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN
MIPA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
PALANGKA RAYA
TAHUN
2013
LAPORAN
PRAKTIKUM
DASAR-DASAR
PENDIDIKAN MIPA
I.Topik :
Menguji Kandungan Abu Hasil Pembakaran
II.Dasar
Teori:
A.
Asam
Asam berasal dari bahasa latin,
yaitu Denfan Ktaacidus yang artinya masam. Asam menurut Arrhenius adalah
senyawa yang menghasilkan ion hidrogen ketika larut dalam pelarut air. Kekuatan
asam ditentukan oleh banyak sedikitnya ion hidrogen yang dihasilkan. Semakin
banyak ion H+ yang dihasilkan, semakin kuat sifat asamnya.
Suatu zat dapat dikatakan asam apabila zat tersebut memiliki sifat-sifat
sebagai berikut:
- Memiliki rasa asam/masam/kecut jika dikecap.
- Menghasilkan ion H+ jika dilarutkan dalam air.
- Memiliki pH kurang dari 7 (pH < 7).
- Bersifat korosif, artinya dapat menyebabkan karat pada logam.
- Jika diuji dengan kertas lakmus, mengakibatkan perubahan warna sebagai berikut:
-
Lakmus biru berubah menjadi warna merah.
-
Lakmus merah tetap berwarna merah.
- Menghantarkan arus listrik.
- Bereaksi dengan logam menghasilkan gas hidrogen
Berdasarkan kekuatannya, asam
terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu:
- Asam kuat yaitu asam yang banyak menghasilkan ion yang ada dalam larutannya (asam yang terionisasi sempurna dalam larutannya).
- Asam lemah yaitu asam yang sedikit menghasilkan ion yang ada dalam larutannya (asam yang hanya terionisasi sebagian dalam larutannya).
Asam memiliki berbagai kegunaan. Asam sering digunakan untuk
menghilangkan karat dari logam dalam proses yang disebut "pengawetasaman"
(pickling).
Asam dapat digunakan sebagai elektrolit di dalam baterai sel basah, seperti asam
sulfat yang
digunakan di dalam baterai mobil. Pada tubuh manusia dan berbagai
hewan, asam klorida merupakan bagian dari asam lambung yang disekresikan di dalam lambung untuk membantu memecah protein dan polisakarida maupun mengubah proenzim pepsinogen yang inaktif menjadi enzim pepsin. Asam juga digunakan sebagai katalis; misalnya, asam sulfat sangat
banyak digunakan dalam proses alkilasi pada pembuatan bensin
B. Basa
Basa menurut Arrhenius ialah senyawa
yang terlarut dalam air yang sudah menghasilkan ion hidroksida (OH). Semakin
banyak jumlah ion OH yang dihasilkan, maka semakin kuat lah sifat basanya. Basa
juga dapat menetralisirkan asam (H+) dan menghasilkan air (H2O).
Suatu zat dikatakan basa jika zat tersebut mempunyai sifat sebagai berikut:
- Rasanya pahit dan terasa licin pada kulit.
- Apabila dilarutkan dalam air zat tersebut akan menghasilkan ion OH-.
- Memiliki pH di atas 7 (pH > 7).
- Bersifat elektrolit.
- Menetralisirkan sifat asam.
- Jika diuji dengan kertas lakmus, mengakibatkan perubahan warna sebagai berikut:
-
Lakmus biru tetap berwarna biru.
-
Lakmus merah berubah warna menjadi biru.
Berdasarkan kemampuan melepaskan ion
OH-, basa dapat terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu:
- Basa kuat yaitu basa yang bisa menghasilkan ion OH- dalam jumlah yang besar. Basa kuat biasanya disebut dengan istilah kaustik.
- Basa lemah yaitu basa yang menghasilkan ion OH- dalam kecil.
C.
Logam Alkali
Logam alkali sangat reaktif, karena
itu harus disimpan dalam minyak. Sifat yang umum dimiliki oleh logam alkali
adalah sebagai konduktor panas yang bail, titik didih yang tinggi, permukaan
berwarna abu-abu keperakan. Atom logam alkali bereaksi dengan melepaskan 1
elektron membentuk ion bermuatan +1, reaksinya:
Na Na+
+ 1e -. Susunan elektron dari 2, 8, 1 menjadi 2, 8 yang
menjadi konfigurasi elektron gas mulia. Sifat lain logam alkali yaitu memiliki
titik leleh rendah, densitas rendah dan sangat lunak.
Kecenderungan golongan alkali dengan
meningkatnya nomor atom adalah:
v Titik leleh dan titik didih
menurun.
v Unsur lebih reaktif.
v Ukuran atom membesar (jari-jari
makin besar).
v Densitas meningkat proportional
dengan meningkatnya massa atom.
v Kekerasan menurun.
v Jika dipanaskan diatas nyala api,
memberikan warna yang spesifik (Litium-merah, Natrium-kuning, Kalium-ungu,
Cesium-biru).
D. Logan Alkali Tanah
Logam alkali tanah pada periode yang
sama memiliki:
- Titik leleh dan titik didih lebih tinggi, lebih keras, lebih kuat dan lebih padat. Hal ini disebabkan karena terdapat 2 delokalisasi elektron per ion dalam kristal yang memberikan gaya elektronik lebih besar dengan muatan ion. M+ yang lebih tinggi.
- Sifat kimia sangat mirip misalnya dalam pembentukan senyawa ionic tetapi berbeda dalam rumus dan reaktivitas lebih rendah karena energi ionisasi (IE) pertama lebih tinggi dan terdapatnya energi ionisasi kedua membentuk ion M2+ yang stabil.
- Bilangan oksidasi senyawa selalu +2 di dalam senyawa.
-
Dua elektron s terluar lepas, sedangkan energi ionisasi ketiga sangat tinggi
untuk membentuk ion +3.
-
Golongan 2 yang stabil membentuk konfigurasi elektron gas mulia. Contoh: ion
kalsium, Ca2+ = 2, 8, 8 atau 1s2, 2s2, 2p6,
3s2, 3p6 atau [Ar].
- Pada umumnya makin ke bawah dalam satu golongan nomor atom cenderung makin meningkat.
- Energi ionisasi pertama atau kedua menurun karena jari-jari atom makin besar akibat adanya ekstra kulit yang terisi. Elektron terluar sangat jauh dari inti sehingga tertarik lemah oleh inti sehingga lebih sedikit energi yang diperlukan untuk melepasnya.
- Potensial energi ionisasi selalu meningkat dengan urutan ke 3> 2 >1, karena muatan inti yang sama menarik sedikit elektron yang rata-rata lebih dekat dengan inti. Tetapi dengan catatan IE ke 2 untuk golongan 1. IE ke 3 untuk golongan 2 menunjukkan peningkatan yang luar biasa dibandingkan IE sebelumnya.
- Jari-jari atom atau ionik meningkat:
-
Disebabkan adanya kulit yang lebih banyak.
-
Jari-jari golongan 2 lebih kecil daripada golongan 1 karena tarikan elektron
dengan jumlah kulit yang sama.
-
Biasanya jari-jari ion golongan 2 (M2+) lebih kecil daripada
golongan 1 (M+) pada periode yang sama karena muatan inti meningkat.
- Pada umumnya (tidak selalu) titik didih dan titik leleh menurun. Hal ini disebabkan karena peningkatan jari-jari ion dan meningkatnya muatan.
- Lebih reaktif, karena makin ke bawah makin mudah membentuk ion.
- Elektronegatifnya cenderung menurun.
- Pola rumus molekul:
-
Rumus umum dapat ditulis B M2O atau rumus ionik (M+)2O2-
diman M adalah B. Li sampai Fr atau Be sampai Ra.
-
Jika dipanaskan diatas nyala api memberikan warna: Be = putih, Mg = putih, Ca =
oranye, Sr = merah, Ba = hijau.
- Indikator alami
Indikator alami terbuat dari zat warna alami yang didapat dari hasil ekstrak tumbuhan. Indikator alami hanya bisa menunjukkan apakah zat tersebut bersifat asam atau basa saja, tetapi tidak dapat menunjukan nilai pH-nya. Macam-macam indikator alami yang dapat digunakan yaitu seperti ekstrak bunga mawar, ekstrak kembang sepatu, ekstrak kunyit,ekstrak bunga karamunting.
III. Alat
dan Bahan
Alat
|
Bahan
|
Panci
|
Bunga kembang sepatu(indikator)
|
Penyaring
|
Kunyit(indikator)
|
Wadah
|
Sampah Organik
|
Kompor
|
Air
|
Korek Api
|
Belimbing
|
Sendok
|
Sabun cair
|
Piring
|
Filtrat abu
|
Cobek
|
Cuka
|
Ulekan
|
Soda Api
|
Parutan
|
Jeruk Nipis
|
Gelas
|
Air secukupnya
|
IV. Prosedur Kegiatan
- Menyiapkan alat dan bahan.
- Mengambil Sampah organik (berupa daun tumbuhan).
- Membakar sampah organik sampai menjadi abu.
- Mengambil abu hasil pembakaran kemudian memasukan abu kedalam wadah dan mencampurkan air kedalamnya dengan perbandinggan 1: 2.
- Mendiamkannya selama 1 malam.
- Menyaring filtrat dengan endapannya
- Memisahkan airnya dalam 2 tempat yang berbeda.
- Menguji dengan indikator alami seperti bunga karamunting, kembang sepatu dan kunyit.
- Mengamati warnanya dan menentukan sifat filtrat abu tersebut.
- Sebagai perbandingan untuk menentukan sifat larutan, dapat dibuat dengan membuat larutan asam (cuka),larutan asam(belimbing),larutan asam(jeruk nipis) dan larutan basa ( sabun),larutan basa (air soda api), dan larutan basa(air abu)
- Setelah itu Mengambil endapan abu kemudian dibakar dan amati warna pembakaran.
- Mencatat hasil pengamatan.
V. Hasil Pengamatan
Data Hasil
Pengukuraan
Indikator
: Bunga Kembang sepatu
|
||
No
|
Perlakuan
|
Hasil
pengamatan
|
1
|
Menyiapkan alat dan bahan di atas
meja
|
|
2
|
Mengambil masing-masing 2 ml
larutan(jeruk nipis,cuka,soda api,air belimbing,sabun cair, dan filtrate abu
organic. Dan memasukkannya pada beberapa piring kecil.
|
Bahan dan warna awal :
Jeruk
: Putih keruh
Cuka
: Bening
Soda
api : Bening
Belimbing
: Putih keruh
Sabun
cair : Hijau bening
Abu:
abu-abu
|
3
|
Menambahkan indicator kembang
sepatu sebanyak 2 ml pada masing-masing larutan
|
Warna indikator : hijau kehitaman
|
4
|
Mencatat perubahan yang terjadi
|
Bahan Dan Warna Akhir :
Jeruk
: Merah
Cuka
: Merah Tua
Soda
Api : Hijau
Belimbing
: Merah
Sabun
Cair : Hijau Muda
Abu
: Hijau Kecoklatan
|
Indikator : Kunyit
|
||
1
|
Menyiapkan alat dan bahan di atas
meja
|
-
|
2
|
Mengambil masing-masing 2 ml
larutan(jeruk nipis,cuka,soda api,air belimbing,sabun cair, dan filtrate abu
organic. Dan memasukkannya pada beberapa piring kecil.
|
Bahan dan warna awal
:
Jeruk
: Putih keruh
Cuka
: Bening
Soda
api : Bening
Belimbing
: Putih keruh
Sabun
cair : Hijau bening
Abu:
abu-abu
|
3
|
Menambahkan indicator kunyit
sebanyak 2 ml pada masing-masing larutan
|
Warna indikator : Orange
|
4
|
Mencatat perubahan yang terjadi
|
Bahan Dan Warna Akhir :
Jeruk
: Kuning
Cuka
: Kuning
Soda
Api : Orange
Belimbing
: Orange
Sabun
Cair : Hijau Muda
Abu
: Coklat tua
|
VI.Pembahasan
Pembuktian unsur hara pada
abu tanaman dilakukan dengan cara membakar sampah organik berupa
serpihan kayu hingga serpihan kayu menjadi arang, setelah itu dicampur dengan
air, dengan perbandingan 1:2 dan diendapkan selama 1 malam. Setelah 1 malam
larutan dipisahkan hingga terpisah antara endapan dan filtratnya. Filtrat
kemudian di uji dengan berbagai indikator alami seperti kunyit, bunga
karamunting dan kembang sepatu untuk mengetahui sifat dari abu tersebut.
Sebagai perbandingan dapat menggunakan larutan cuka,belimbing wuluh,dan jeruk
nipis sebagai asam, sabun, dan air soda sebagai basa. Jika air abu ditambahkan
dengan indikator warna larutannya berubah menjadi atau mendekati asam maka
sifat air abu adalah asam, begitu juga apabila air abu ditambahkan dengan
indikator warnanya berubah menjadi atau mendekati basa, maka air abu akan
bersifat basa.
Dalam percobaan ini air abu bersifat basa,
karena hal ini ditunjukkan dengan warna air abu setelah ditambahkan indikator
yang bersifat basa yaitu sabun, maka berubah warnanya berubah menjadi atau
mendekati warna dari basa tersebut.
Langkah selanjutnya yaitu pengujian unsur hara
yang terdapat dalam endapan. Cara mengidentifikasi yaitu dengan menguapkan
filtrat sisa, endapan yang terdapat dari penguapan filtrat kemudian dibakar,
endapan abu yang sudah kering tersebut kemudian dipanaskan di atas kompor yang
apinya sudah berwarna biru dan setelah itu menghasilkan percikan warna orange
dan warna Ungu. Hal ini juga menunjukkan bahwa adanya unsur Natrium dan warna
Kalium.
VII.Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dapat ditarik
kesimpulan bahwa:
- Sifat air abu yaitu basa hal ini ditandai dengan berubahnya warna air abu menjadi atau mendekati warna larutan basa setelah ditambahkan indikator yang bersifat basa.
- Didalam abu tanaman terdapat unsur Na (Narium) dengan ditandai adanya warna orange pada saat uji pembakaran endapan abu.
- Pada analisis data gelas 1 dan 2, menunjukkan adanya reaksi antara asam dan basa sehingga sifatnya saat ditambahkan indikator kunyit dan bunga sepatu sama-sama bersifat asam, sedangkan pada endapan yang dibakar diatas bagian kompor terdapat unsur hara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar